Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal oleh petani dan seat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, utamanya di daerah Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasok benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana. Ikan ini sangat digemari oleh masyarakat utamanya Sulawesi Selatan dan banyak sekali disajikan dalam bentuk ikan bakar di warung-warung makan untuk konsumsi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah. Harga ikan ini relatif murah, dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, sehingga dapat memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan gizi masyarakat. Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya yang telah mapan untuk tingkat petani tambak, upaya efisiensi budidayanya merupakan tuntutan utama, sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani dan nelayan.
Budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di air payau saja namun saat ini juga sedang berkembang di air tawar maupun laut dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya dalam hal :
1. Teknologi perbenihannya telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagi tergantung pada musim dan benih dari alam.
2. Teknologi budidayanya baik di tambak maupun dalam KJA telah dikuasai dengan baik, secara teknis mudah diaplikasikan dan secara ekonomis menguntungkan.
3. Mampu mentolerir perubahan salinitas mulai dari 0-158 ppt sehingga areal budidayanya cukup luas mulai dari perairan tawar hingga ke perairan laut.
4. Mampu hidup dalam kondisi yang padat di keramba jaring apung (100-300 ekor/m3).
5. Pertumbuhannya cepat (1,6%/hari).
6. Efisien dalam memanfaatkan pakan FCR 1,7-2,2.
7. Pakan komersial untuk ikan ini sudah tersedia dalam jumlah cukup hingga ke pelosok desa.
8. Jaminan pasar baik dalam maupun luar negeri masih terbuka.
Permintaan ikan ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan baik untuk tujuan konsumsi, umpan bagi industri perikanan tuna cakalang maupun untuk pasar ekspor, sementara areal budidayanya di darat semakin hari semakin menciut akibat banyaknya lahan tambak yang dikonversi untuk kebutuhan pembangunan lain seperti untuk perumahan, industri, dan pariwisata yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan produksi.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi budidaya bandeng adalah dengan memanfaatkan perairan laut seperti muara sungai, teluk, laguna, dan perairan semacamnya yang memenuhi persyaratan baik teknis, sosial ekonomi, legalitas, maupun lingkungannya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perairan seperti tersebut di atas layak untuk dijadikan lokasi budidaya dengan sistem keramba jaring apung. Pengkajian tentang kelayakan lokasi, tata lelak, dan desain keramba telah banyak dilakukan.
Penggunaan keramba jaring apung untuk budidaya bandeng di laut memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1. Efisien dalam penggunaan lahan
2. Mudah dalam pemanenan baik selektif maupun total
3. Mudah dipantau dan tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus seperti di tambak
4. Produktivitasnya tinggi (350-400 kg/keramba 6 m3/musim tanam 6 bulan)
5. Skala usaha dapat disesuaikan dengan kemampuan modal dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi budidaya.
Demikian halnya dengan ikan bandeng yang diproduksi dalam keramba jaring apung dapat memiliki standar kualitas ekspor yaitu:
1. Sisik bersih dan mengkilat
2. Tidak berbau lumpur
3. Kandungan asam lemak Omega-3 relatit tinggi jika dibandingkan dengan bandeng yang diproduksi pada tambak
4. Dagingnya kenyal dengan aroma yang khas sehingga sangat digemari sebagai ikan bakar di warung-warung sea food
5. Ukurannya bisa mencapai 600-800 g/ekor sesuai dengan permintaan pasar
PROSPEK PENGEMBANGAN
Peluang Pasar
Pasar untuk komoditas bandeng ini dibutuhkan dalam beberapa tipe dan ukuran sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.
Hasil penelitian sederhana yang dilakukan oleh Atjo & Syahrun (2000), diperoleh data bahwa kebutuhan ikan bandeng untuk pasar spesifik berupa rumah-rumah makan sea food, hotel, don pasar swalayan khususnya di Kota Madya Makassar diperkirakan mencapai 6 ton per hari, dan saat ini baru terpenuhi 25%. Selanjutnya dikatakan bahwa problem utama yang dihadapi adalah kontinyuitas produksi, konsistensi mutu, utamanya dalam hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik. Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan tersebut akan dapat dipenuhi dan hasil budidaya bandeng yang berasal dari keramba jaring apung di laut.
Potensi Sumber Daya
Hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap wilayah pesisir dan laut, nampak bahwa lahan yang potensial untuk kegiatan budidaya laut diperkirakan mencapai 1,9 jute ha. Dari potensi tersebut yang layak untuk budidaya ikan adalah 369.500 ha dan tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.
Dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung seluas 1% atau 3.695 ha.
Dukungan Iptek
Teknologi budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut mulai dirintis oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros sejak tahun 1993, dan sejak saat itu rutin dilakukan percontohan di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini budidaya bandeng dengan sistem KJA tersebut telah berkembang di beberapa daerah seperti Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Batam, Riau, Bali, dan daerah lainnya di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah seperti Bali telah diproduksi secara rutin bandeng tanpa duri hasil budidaya di KJA. Beberapa hasil penelitsan BRPBAP sebelumnya menunjukkan bahwa ikan bandeng memang dapat diproduksi dalam keramba jaring apung di lahan seperti teluk, laguna, muara sungai, maupun perairan semacamnya dengan hasil yang cukup menggembirakan
PERMASALAHAN
Walaupun usaha budidaya bandeng dalam keramba jaring apung telah banyak dilakukan oleh masyarakat, namun masih terbentur pads beberapa masalah diantaranya:
1. Harga pakan yang relatif masih mahal, sehingga masih diperlukan pengkajian lanjutan yang lebih intensif khususnya bagaimana memanfaatkan bahan baku lokal yang tersedia dalarn jumlah yang memadai sebagai bahan pakan guna menekan biaya pakan yang diperkirakan dapat mencapai 70% dan biaya operasional
2. Belum terciptanya suatu sistem yang berorientasi agribisnis yang mampu menjamin keberlanjutan produksi mulai dari penyiapan benih dari panti benih, penggelondongan, pembesaran, panen, dan pemasaran sebagai upaya peningkatan efisiensi dalarn mengantisipasi pasar bebas
3. Pemenuhan benih yang bermutu, tepat waktu, jumlah, ukuran, harga, dan tempat belum terpenuhi akibat panti-panti benih tidak terdistribusi secara merata
4. Penataan ruang untuk budidaya laut belum dikelola secara baik dengan mengacu pada hasil kapan ilmiah yang kokoh dan profesional
5. Ketersediaan informasi pasar yang belum akurat dan tepat waktu, khususnya untuk pasar domestik dan ekspor yang belum memadai
6. Pengadaan modal untuk petani guna menjamin kesinambungan produksi belum memadai. Untuk itu perlu dibangun suatu kemitraan antara pengusaha dan petani ikan yang dapat menciptakan keberlanjutan usaha dan pembagian keuntungan yang proporsional antara pemilik modal dengan pembudidaya
7. Kontinyuitas produksi, konsistensi mutu utamanya dalarn hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik belum dipertahankan
KESIMPULAN
Melihat beberapa keunggulan yang dimiliki komoditas ikan bandeng, aspek potensi lahan, sumber daya manusia, jaminan pasar, dan dukungan teknologi maka pengembangan budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut memiliki peluang yang cukup besar. Untuk itu perlu segera ditumbuhkembangkan pada petani dan pengusaha, sehingga dapat berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan lapangan kerja, perolehan devisa negara serta peluang kesempatan usaha.
Sumber : Warta Penelitian Perikanan Budidaya Volume II Nimor 1, 2005
http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ikan-bandeng-potensial-dibudidayakan-dalam-kja-di-laut/
Budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di air payau saja namun saat ini juga sedang berkembang di air tawar maupun laut dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya dalam hal :
1. Teknologi perbenihannya telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagi tergantung pada musim dan benih dari alam.
2. Teknologi budidayanya baik di tambak maupun dalam KJA telah dikuasai dengan baik, secara teknis mudah diaplikasikan dan secara ekonomis menguntungkan.
3. Mampu mentolerir perubahan salinitas mulai dari 0-158 ppt sehingga areal budidayanya cukup luas mulai dari perairan tawar hingga ke perairan laut.
4. Mampu hidup dalam kondisi yang padat di keramba jaring apung (100-300 ekor/m3).
5. Pertumbuhannya cepat (1,6%/hari).
6. Efisien dalam memanfaatkan pakan FCR 1,7-2,2.
7. Pakan komersial untuk ikan ini sudah tersedia dalam jumlah cukup hingga ke pelosok desa.
8. Jaminan pasar baik dalam maupun luar negeri masih terbuka.
Permintaan ikan ini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan baik untuk tujuan konsumsi, umpan bagi industri perikanan tuna cakalang maupun untuk pasar ekspor, sementara areal budidayanya di darat semakin hari semakin menciut akibat banyaknya lahan tambak yang dikonversi untuk kebutuhan pembangunan lain seperti untuk perumahan, industri, dan pariwisata yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan produksi.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi budidaya bandeng adalah dengan memanfaatkan perairan laut seperti muara sungai, teluk, laguna, dan perairan semacamnya yang memenuhi persyaratan baik teknis, sosial ekonomi, legalitas, maupun lingkungannya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perairan seperti tersebut di atas layak untuk dijadikan lokasi budidaya dengan sistem keramba jaring apung. Pengkajian tentang kelayakan lokasi, tata lelak, dan desain keramba telah banyak dilakukan.
Penggunaan keramba jaring apung untuk budidaya bandeng di laut memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1. Efisien dalam penggunaan lahan
2. Mudah dalam pemanenan baik selektif maupun total
3. Mudah dipantau dan tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus seperti di tambak
4. Produktivitasnya tinggi (350-400 kg/keramba 6 m3/musim tanam 6 bulan)
5. Skala usaha dapat disesuaikan dengan kemampuan modal dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi budidaya.
Demikian halnya dengan ikan bandeng yang diproduksi dalam keramba jaring apung dapat memiliki standar kualitas ekspor yaitu:
1. Sisik bersih dan mengkilat
2. Tidak berbau lumpur
3. Kandungan asam lemak Omega-3 relatit tinggi jika dibandingkan dengan bandeng yang diproduksi pada tambak
4. Dagingnya kenyal dengan aroma yang khas sehingga sangat digemari sebagai ikan bakar di warung-warung sea food
5. Ukurannya bisa mencapai 600-800 g/ekor sesuai dengan permintaan pasar
PROSPEK PENGEMBANGAN
Peluang Pasar
Pasar untuk komoditas bandeng ini dibutuhkan dalam beberapa tipe dan ukuran sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.
Hasil penelitian sederhana yang dilakukan oleh Atjo & Syahrun (2000), diperoleh data bahwa kebutuhan ikan bandeng untuk pasar spesifik berupa rumah-rumah makan sea food, hotel, don pasar swalayan khususnya di Kota Madya Makassar diperkirakan mencapai 6 ton per hari, dan saat ini baru terpenuhi 25%. Selanjutnya dikatakan bahwa problem utama yang dihadapi adalah kontinyuitas produksi, konsistensi mutu, utamanya dalam hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik. Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan tersebut akan dapat dipenuhi dan hasil budidaya bandeng yang berasal dari keramba jaring apung di laut.
Potensi Sumber Daya
Hasil identifikasi yang telah dilakukan terhadap wilayah pesisir dan laut, nampak bahwa lahan yang potensial untuk kegiatan budidaya laut diperkirakan mencapai 1,9 jute ha. Dari potensi tersebut yang layak untuk budidaya ikan adalah 369.500 ha dan tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.
Dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dalam keramba jaring apung seluas 1% atau 3.695 ha.
Dukungan Iptek
Teknologi budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut mulai dirintis oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) Maros sejak tahun 1993, dan sejak saat itu rutin dilakukan percontohan di berbagai daerah di Indonesia. Saat ini budidaya bandeng dengan sistem KJA tersebut telah berkembang di beberapa daerah seperti Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Batam, Riau, Bali, dan daerah lainnya di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah seperti Bali telah diproduksi secara rutin bandeng tanpa duri hasil budidaya di KJA. Beberapa hasil penelitsan BRPBAP sebelumnya menunjukkan bahwa ikan bandeng memang dapat diproduksi dalam keramba jaring apung di lahan seperti teluk, laguna, muara sungai, maupun perairan semacamnya dengan hasil yang cukup menggembirakan
PERMASALAHAN
Walaupun usaha budidaya bandeng dalam keramba jaring apung telah banyak dilakukan oleh masyarakat, namun masih terbentur pads beberapa masalah diantaranya:
1. Harga pakan yang relatif masih mahal, sehingga masih diperlukan pengkajian lanjutan yang lebih intensif khususnya bagaimana memanfaatkan bahan baku lokal yang tersedia dalarn jumlah yang memadai sebagai bahan pakan guna menekan biaya pakan yang diperkirakan dapat mencapai 70% dan biaya operasional
2. Belum terciptanya suatu sistem yang berorientasi agribisnis yang mampu menjamin keberlanjutan produksi mulai dari penyiapan benih dari panti benih, penggelondongan, pembesaran, panen, dan pemasaran sebagai upaya peningkatan efisiensi dalarn mengantisipasi pasar bebas
3. Pemenuhan benih yang bermutu, tepat waktu, jumlah, ukuran, harga, dan tempat belum terpenuhi akibat panti-panti benih tidak terdistribusi secara merata
4. Penataan ruang untuk budidaya laut belum dikelola secara baik dengan mengacu pada hasil kapan ilmiah yang kokoh dan profesional
5. Ketersediaan informasi pasar yang belum akurat dan tepat waktu, khususnya untuk pasar domestik dan ekspor yang belum memadai
6. Pengadaan modal untuk petani guna menjamin kesinambungan produksi belum memadai. Untuk itu perlu dibangun suatu kemitraan antara pengusaha dan petani ikan yang dapat menciptakan keberlanjutan usaha dan pembagian keuntungan yang proporsional antara pemilik modal dengan pembudidaya
7. Kontinyuitas produksi, konsistensi mutu utamanya dalarn hal bobot, rasa, ukuran, dan penampilan fisik belum dipertahankan
KESIMPULAN
Melihat beberapa keunggulan yang dimiliki komoditas ikan bandeng, aspek potensi lahan, sumber daya manusia, jaminan pasar, dan dukungan teknologi maka pengembangan budidaya bandeng dengan sistem keramba jaring apung di laut memiliki peluang yang cukup besar. Untuk itu perlu segera ditumbuhkembangkan pada petani dan pengusaha, sehingga dapat berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan lapangan kerja, perolehan devisa negara serta peluang kesempatan usaha.
Sumber : Warta Penelitian Perikanan Budidaya Volume II Nimor 1, 2005
http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ikan-bandeng-potensial-dibudidayakan-dalam-kja-di-laut/
Ikan bandeng termasuk ikan yang paling populer di seluruh Indonesia, baik segar maupun sudah diolah duri lunak maupun pindang, orang dengan akrab mengonsumsinya. Bila dahulu hanya bisa dipelihara di tambak yang berair asin, kini bandeng sudah bisa dipelihara di kolam air tawar.
Taiwan adalah salah satu negara yang sudah mengembangkan bandeng di kolam air tawar karena jumlah kolam air tawar yang melimpah. Negara ini sebagai pelopor budi daya bandeng air tawar karena banyak yang belajar di Taiwan cara membudidayakan bandeng secara menguntungkan. Teknologi ini kini berkembang juga di Indonesia.
A. Pengenalan Jenis.
Bandeng dapat dipelihara di air tawar karena memiliki sifat euryhaline. Artinya, ikan mampu hidup di kisaran salinitas yang tinggi, meskipun untuk memijahkan induk dan larva masih membutuhkan air asin. Bahkan, di air yang salinitasnya o per mil, seperti banyak sawah Bonorowo di Jawa Timur yang airnya tawar, bandeng mampu hidup dan tumbuh besar.
Di waduk Saguling maupun Cirata, keramba apung sudah banyak diisi dengan bibit bandeng karena lebih menjanjikan daripada ikan mas yang boros pakannya dengan harga jual yang semakin merosot. Dengan demikian, tidak berlebihan bila bandeng dipelihara di kolam pekarangan. Rasa bandeng air tawar umumnya lebih lezat karena tidak mengandung rasa seperti Lumpur. Hal tersebut disebabkan karena air di kolam relatif lebih lancar sirkulasinya.
Bandeng yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu bandeng hitam atau bandeng kepala besar dan bandeng rumput. Kedua strain ini terkenal merupakan strain yang cepat besar.
B. Kebiasaan Hidup di Alam
Bandeng dewasa umumnya memijah di laut dalam, kemudian nenernya terbawa ke pantai. Setelah ketika dewasa, bandeng hidup di air payau dan kembali ke laut untuk memijah.
1. Kebiasaan makan
Bandeng termasuk herbivore (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, kelekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk.
2. Kebiasaan berkembang biak
Bandeng akan memijah di tengah laut yang salinitasnya tinggi. Nener (benih bandeng) bisa ditangkap di daerah pantai dengan menggunakan rumpon (fishing ground) berupa daun kelapa. Nener tersebut diambil dengan cara diseser.
C. Memilih Induk
Memilih induk secara ekonomis untuk dipijahkan memang hanya bisa dilakukan dari persediaan kolam pemeliharaan sendiri. Adapun ciri induk yang berkualitas di antaranya sebagai berikut.
Taiwan adalah salah satu negara yang sudah mengembangkan bandeng di kolam air tawar karena jumlah kolam air tawar yang melimpah. Negara ini sebagai pelopor budi daya bandeng air tawar karena banyak yang belajar di Taiwan cara membudidayakan bandeng secara menguntungkan. Teknologi ini kini berkembang juga di Indonesia.
A. Pengenalan Jenis.
Bandeng dapat dipelihara di air tawar karena memiliki sifat euryhaline. Artinya, ikan mampu hidup di kisaran salinitas yang tinggi, meskipun untuk memijahkan induk dan larva masih membutuhkan air asin. Bahkan, di air yang salinitasnya o per mil, seperti banyak sawah Bonorowo di Jawa Timur yang airnya tawar, bandeng mampu hidup dan tumbuh besar.
Di waduk Saguling maupun Cirata, keramba apung sudah banyak diisi dengan bibit bandeng karena lebih menjanjikan daripada ikan mas yang boros pakannya dengan harga jual yang semakin merosot. Dengan demikian, tidak berlebihan bila bandeng dipelihara di kolam pekarangan. Rasa bandeng air tawar umumnya lebih lezat karena tidak mengandung rasa seperti Lumpur. Hal tersebut disebabkan karena air di kolam relatif lebih lancar sirkulasinya.
Bandeng yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu bandeng hitam atau bandeng kepala besar dan bandeng rumput. Kedua strain ini terkenal merupakan strain yang cepat besar.
B. Kebiasaan Hidup di Alam
Bandeng dewasa umumnya memijah di laut dalam, kemudian nenernya terbawa ke pantai. Setelah ketika dewasa, bandeng hidup di air payau dan kembali ke laut untuk memijah.
1. Kebiasaan makan
Bandeng termasuk herbivore (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, kelekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk.
2. Kebiasaan berkembang biak
Bandeng akan memijah di tengah laut yang salinitasnya tinggi. Nener (benih bandeng) bisa ditangkap di daerah pantai dengan menggunakan rumpon (fishing ground) berupa daun kelapa. Nener tersebut diambil dengan cara diseser.
C. Memilih Induk
Memilih induk secara ekonomis untuk dipijahkan memang hanya bisa dilakukan dari persediaan kolam pemeliharaan sendiri. Adapun ciri induk yang berkualitas di antaranya sebagai berikut.
Ciri induk yang berkualitas
Betina | Jantan |
Induk bandeng hitam | Induk jantan bandeng hitam |
Berumur 4 tahun dan perutnya membesar dan lembek. | Berumur 3 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya. |
Induk bandeng rumput | Induk bandeng rumput |
Berumur 5 tahun dan perutnya tebal | Berumur 4 tahun dan tidak terlalu besar ukurannya agar tetap lincah gerakannya. |
D. Pemijahan di Kolam
Pemijahan bandeng biasanya dilakukan secara buatan, yaitu dengan penyuntikan hormon. Adapun yang harus diperhatikan adalah konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.
1. Konstruksi kolam
Kolam induk harus memiliki kedalaman 1-1,5 meter dan terbuka agar dapat menerima sinar matahari langsung, tetapi sejuk. Pematang harus cukup kuat dan diusahakan tidak bocor agar ketinggian air kolam dapat dipertahankan.
Kolam masing-masing memiliki pintu pemasukan dan pembuangan untuk menjamin sirkulasi air dengan baik. Hal ini berpengaruh positif terhadap percepatan kematangan induk bandeng.
2. Persiapan kolam
Kolam perlu dikapur agar pH air kolamnya naik dan menjadi idealsekitar 6,8-7,2. Sebelum dipergunakan, kolam juga harus diberi saponin(biji teh) untuk membunuh ikan-ikan liar dan siput yang sering mengganggu pertumbuhan kelekap. Kolam perlu dipupuk dengan urea untuk merangsang pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan biasanya berkisar 10-15 g/m2.
Pakan tambahan untuk induk diberikan juga untuk merangsang perkembangan gonade. Pakan berupa campuran tepung kacang, dedak hales (bekatul), terigu, atau bubuk telur yang diberikan 3-5% dari berat ikan. Pemberian pakan dilakukan setup hari, pada pagi, siang, dan sore hari.
3. Pemijahan
Kepadatan penebaran induk sebaiknya 4-5 ekor/m2 untuk membantu proses pematangan gonade. Pemijahan ikan bandeng secara kawin suntik. Namun, kawin suntik pada bandeng l00% mengandalkan hormon sintetik (buatan). Hormon yang biasanya digunakan di antaranya Synahorin, Gona Hormon, atau Puberogen.
Penyuntikan induk betina dilakukan 2 kali agar efektif, sedangkan untuk jantan cukup sekali saja yaitu pada penyuntikan induk betina yang kedua. Penyuntikan pertama biasanya dilakukan pada pukul 17-00-18-00 sebanyak 200 IU (International Unit) pada induk betina. Penyuntikan kedua dilakukan setelah 6 jam dari penyuntikan pertama yaitu pukul 24.00 sebanyak 200 IU juga pada induk betina, demikian juga untuk induk jantan disuntik 200 IU.
Penyuntikan dilakukan pada otot daging bagian punggung (intrumusculler), sekitar baris kedua atau ketiga yang sejajar dengan bagian kelamin. Ada juga tempat penyuntikan yang lebih efektif, tetapi harus hati-hati karena bisa melukai organ dalam bandeng, yaitu ruang rongga perut .
Setelah disuntik, kedua induk dimasukkan kembali ke tempat penampungan induk masing-masing dengan diberi aerasi dan sirkulasi air yang teratur. Setelah itu, diperhatikan tanda saat pengurutan yang tepat yaitu induk akan tampak gelisah yang dicirikan dari membuka dan menutupnya mulut lebih cepat dan sering muncul ke permukaan kolam. Menjelang akan bertelur, ikan berhenti berenang dan seluruh badannya mengejang. Saat itulah waktu yang tepat melakukan pengurutan. Ikan kemudian ditangkap dan bagian kepalanya ditutup dengan kelambu agar tidak berontak.
Stripping (pengurutan) biasanya dilakukan setelah 10-14 jam darisuntikan pertama bila suhu air 20-230 C, 7-8 jam bila suhu air 25— 260 C, atau 3-4 jam pada suhu air 300 C. Caranya, induk betina dipegang dengan tangan kiri di bagian punggung, sedangkan tangan kanan di bagian perut. Sementara ibu jari tangan kanan mengurut berulang-ulang pada bagian perut ke arah lubang pelepasan. Telur kemudian ditampung di dalam baskom bersih yang diberi sedikit air. Dengan cara yang sama pengurutan dilakukan pada induk jantan. Setelah sperma keluar, telur dan sperma diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam selama 0,5 menit. Telur yang sudah tercampur cairan sperma kemudian dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa cairan sperma, feses, dan darah.
E. Penetasan dan Perawatan Benih
Untuk keberhasilan penetasan telur-telur perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Cuci bersih, lalu keringkan akuarium, hapa, bak penetasan, dan corong penetasan. Penetasan yang paling efektif dengan menggunakan corong penetasan karena memberikan jaminan pasokan oksigen yang terus-menerus dan mencegah penumpukan telur karena aliran air yang berputar terus menerus dari bawah corong penetasan.
b. Pasang tempat penetasan. Setiap, corong penetasan berdiameter 50 cm dapat dipergunakan untuk menetaskan 40.000-50.000 butir telur.
c. Tambahkan antijamur berupa Emolin atau Blitz Ich sebanyak 0,05 cc/liter air.
d. Telur bandeng akan menetas dalam waktu 28-36 jam pada suhu ruang 24-280 C. Prosentase penetasan biasanya mencapai 70-90%. Benih yang barn berumur 2 hari belum membutuhkan makanan tambahan karena masih mengandung kuning telur (yolk sack).
e. Setelah lewat dua hari, larva dipindahkan ke hapa yang dipasang di kolam pendederan yang telah dipersiapkan seminggu sebelumnya.
F. Pendederan
Pendederan dilakukan di hapa dan di kolam yang sudah dipupuk seminggu sebelumnya. Pupuk yang dimasukkan ke dalam kolam biasanya kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg/m2. Kolam juga diisi air agar tumbuh pakan alami yang dibutuhkan oleh burayak bandeng. Sementara pupuk buatan bisa diberikan TSP dengan dosis 10-15 g/m2 untuk melipatgandakan produktivitas kolam.
Pemasukan air dilakukan secara bertahap. Pertama, air dimasukkan untuk menguraikan pupuk organik. Selanjutnya, air dinaikkan hingga 40-45 cm dan dibiarkan tergenang disinari matahari sampai 4-6 hari.
Benih tidak langsung ditebarkan di kolam, tetapi di dalam hapa berukuran panjang 4-5 meter, lebar 1-2 meter, dan dalam 1 meter dengan kepadatan penebaran benih antara 70-000-80.000 ekor/hapa. Pada bagian atas hapa diberi peneduh untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang terlalu terik dan melindungi dari terpaan air hujan.
Pemberian pakan tambahan dilakukan setelah 3-4 hari setelah penebaran benih karena diperkirakan persediaan pakan alarm di dalam hapa cepat berkurang karena padatnya nener di dalamnya. Pakan tambahan yang diberikan berupa campuran kuning telur, juice kedelai, bubuk ragi, dan Anemia. Frekuensi pemberian 5-6 kali sehari.
setelah berumur 10 hari, benih bandeng (nener) sudah siap dipindahkan ke kolam tanah yang lebih lugs. Kolam seluas 1.000 m2 bisa ditebari 70.000-80.000 ekor nener. Sebulan kemudian nener dipindahkan lagi ke kolam lain, yang luasnya sama, tetapi padat penebarannya cukup 35.000-40.000 ekor saja.
G. Pembesaran
Pembesaran bandeng dilakukan di kolam yang memiliki pintu pemasukan dan pembuangan air tersendiri. Kolam boleh dipupuk terlebih dahulu atau tidak. Untuk memperoleh hasil yang optimal, pembesaran bandeng membutuhkan pemberian pakan tambahan. Pakan tambahan yang dibutuhkan berupa dedak halus (bekatul), tepung benawa, dan lain-lain.
Saran
Pembenihan bandeng membutuhkan kesiapan, baik teknis maupun ketersediaan induk. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih dan melakukan salah satu rantai budidaya saja yang cocok dan sesuai dengan lahan yang tersedia serta mudah, yaitu pembesaran saja. Itupun cukup menghasilkan benih seukuran sejari, tidak perlu sampai ukuran konsumsi.
Sumber : Budidaya Ikan di Pekarangan Heru Susanto
Budidaya Bandeng
I. Pendahuluan.Ikan bandeng merupakan jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya bandeng perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru.
II. Sifat Biologis.
Bandeng termasuk golongan ikan herbivora, yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Bandeng mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.
III. Penyediaan Benih.
Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan pembesaran. Dalam pembenihan bandeng, langkah yang dilakukan adalah :
1. Pemilihan induk yang unggul. Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :
- bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
- ukuran kepala relatif kecil.
- susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
- gerakan lincah dan normal.
- umur antara 4 5 tahun.
2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`
3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi di luar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan.
4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 - 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.
5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener. Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mampu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan NASA dengan dosis 2 - 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.
IV. Pembesaran.
Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Persiapan lahan.
Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :
- Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.
- Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.
- Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.
- Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 - 20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.
2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 - 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.
3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivora, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 - 28 %.
Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 - 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 - 5 kali sehari.
Penambahan NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran NASA dengan pakan buatan adalah 2 - 5 cc/kg pakan dengan cara :
1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan NASA dapat merata.
3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 - 5 cc/kg pakan.
4. Pakan siap untuk diberikan.
Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.
V. Pengendalian hama dan Penyakit.
Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :
1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
2. Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
3. Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.
Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.
Sumber : http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-bandeng.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar